IQNA

Penulis Tafsir al-Jāmi’ al-Atsari Dalam Wawancara Mendetail Dengan IQNA: 9 Jilid Tafsir al-Jāmi’ al-Atsari Sudah Siap Untuk Diterbitkan/ Kriteria dan Keistimewaan Tafsir ini

7:37 - September 07, 2014
Berita ID: 1447332
Hujjatul Islam Rustam Nejad di sela-sela pemaparan penjelasan mengenai kondisi penulisan tafsir al-Jāmi’ al-Atsari, mengemukakan, “Pekerjaan penulisan tafsir ini sudah dikerjakan sampai dengan jilid kedua puluh, sedangkan jilid ketujuh sampai kelima belas sudah siap dicetak dan diterbitkan.”

Hujjatul Islam wal Muslimin Mahdi Rustam Nejad, Penafsir Al-Quran dan Anggota Dewan Ilmiah Jami’ah al-Musthafa (Saw) al-Alamiah saat wawancara dengan IQNA, memaparkan penjelasan berkenaan dengan kondisi penulisan tafsir al-Jāmi’ al-Atsari dan pelbagai aspek proyek ini, serta kriteria karya tafsir ini.

Penulisan Tafsir al-Jāmi’ al-Atsari Dikerjakan Sampai Jilid 20
Rustam Nejad dengan statemen bahwa sekarang ini pekerjaan penulisan tafsir al-Atsari telah dikerjakan sampai surat Al-A’raf: 100, mengemukakan, “Dengan memperhatikan bahwa sebagian tafsir-tafsir akhir masih belum diketik dan masih belum dalam bentuk jilid-jilid yang sudah tersusun, maka dapat dikatakan kurang lebih penulisan akan dilakukan sampai dengan akhir jilid 20.”

9 Jilid Tafsir al-Jāmi’ al-Atsari Sudah Siap Cetak
Dia menambahkan, “Namun, sekarang ini sampai jilid kelima belas, yang mana tafsiran ayatnya telah meliputi sampai akhir surat An-Nisa juga sudah diketik dan perbaikan-perbaikan akhir sudah dikerjakan, setelah pengetikan dan siap dicetak.”
Rustam Nejad dengan mengisyaratkan perihal konsepsi penulisan tafsir al-Jāmi’ al-Astari dimulai oleh Ayatollah Ma’rifat, menjelaskan, “Sebelumnya, enam jilid tafsir ini yang ditulis oleh Ayatollah Ma’rifat sendiri sudah dicetak dan diterbitkan, sedangkan jilid-jilid berikutnya sama sekali belum dicetak dan diterbitkan. Pekerjaan ilmiah dan penulisan jilid-jilid berikutnya dari jilid kelima belas sampai jilid kedua puluh juga sudah dilaksanakan dan sudah selesai, dan adapun yang tersisa adalah pengetikan, penawaran, dan pekerjaan-pekerjaan administrasi lainnya, yang akan dilakukan secara bertahap.”
Dia berkenaan dengan sebab belum dicetaknya jilid ketujuh sampai kelima belas juga dengan mengisyaratkan bahwa proyek penulisan tafsir al-Jāmi’ al-Atsari sedang dikerjakan dalam kompilasi institut kebudayaan dan pemikiran Islam dan dalam kelompok peneliti Al-Quran institut ini, mengatakan, “Berdasarkan kebijakan institut ini telah ditetapkan bahwa jilid-jilid tafsir ini tidak akan diterbitkan dalam bentuk jilid satu persatu, akan tetapi sejumlah besar darinya dalam satu set yang cukup lengkap dan akan dicetak secara berseri.”
“Berdasarkan ini, boleh jadi sampai jilid kelima belas tafsir ini merupakan jumlah yang besar dan juga sudah siap, dengan adanya penyediaan dana, maka akan dicetak dalam satu tempat,” tambah penulis tafsir al-Jāmi’ al-Atsari.
Hujjatul Islam Rustam Nejad dalam menjawab pertanyaan: Apakah penulisan karya ini diemban sendiri, menjelaskan, “Ya, pekerjaan ilmiah tafsir ini dilaksanakan dengan sendirian. Di samping itu, karena tafsir ini ditulis dengan bahasa Arab, dua orang penilai Arab atau dengan ibarat lain mereka dua orang penulis Arab yang melihat pekerjaan tersebut dan terkadang memberikan saran ilmiah dan memberikan pandangan berkenaan dengan perincian dan ringkasan materi. Dalam penyusunan juga tiga orang dari rumah Ayatollah Ma’rifat membantu dalam mempersiapkan pendahuluan, pengetikan, penawaran, dan pelaksanaan prosedur administrasi.

Tafsir al-Jāmi’ al-Atsari Selesai/Rampung Dengan 45 Jilid/ Berakhirnya Proyek Dalam 15 Atau 20 Tahun Mendatang
Dia berkenaan dengan, pada akhirnya tafsir ini akan selesai sampai dengan jilid keberapa, mengatakan, “Prediksi kami, tafsir al-Jāmi’ al-Atsari kurang lebih 45 jilid atau mendekati 45 jilid.”
Penulis tafsir al-Jāmi’ al-Atsari menambahkan, “Ini juga, bagaimanakah sepertiga Al-Quran sampai sekarang ini sudah mengalokasikan separo dari jilid-jilid tafsir ini, harus dikatakan bahwa sebagian dari riwayat-riwayat yang sebelumnya sudah dituturkan juga dipaparkan dalam kelanjutan tafsir dan dijadikan pembahasan dan dikarenakan inilah bagian-bagian pertama tafsir biasanya lebih tebal ketimbang bagian-bagian setelahnya dan merupakan akhir pekerjaan.”
Demikian juga, Rustam Nejad dalam pemprediksian kapan selesainya penulisan tafsir al-jāmi al-Atsari ini, mengatakan, “Perjanjian saya dengan rekan-rekan adalah setiap tahunnya saya menyerahkan empat jilid dan sebagian tiga jilid dan sampai sekarang ini kurang lebih juga demikian. Jika sama sekali tidak ada problem, kemungkinan besar dengan irodah Allah (Swt) kami bisa menyelesaikan tafsir ini 15 sampai 20 tahun lagi.”

Kandungan Tafsir al-Jāmi’ al-Atsari’/ Agregasi Riwayat Yang Berkaitan Dengan Ayat; Salah Satu Dari tujuan Tafsir ini
Dia juga menjelaskan berkenaan dengan kandungan tafsir ini, “Rencananya adalah membawakan semua riwayat-riwayat Syiah dan Ahlisunah dari rujukan-rujukan tafsir, sejarah, hadis dan lain-lainnya, yang memiliki kaitan dengan ayat, bahkan Israiliyat (fiktif) sekalipun. Ini merupakan sebuah tujuan tersendiri, yang mana semua riwayat-riwayat terkumpulkan di bawah satu ayat, namun setelah semua riwayat-riwayat tersebut terkumpulkan, dan dilakukan agregasi informasi, maka riwayat-riwayat ini akan menyempit.

Seleksi Ijtihad Riwayat Dalam Tafsir al-Jāmi’ al-Astari
Rustam Nejad dengan menjelaskan bahwa riwayat-riwayat juga dipaparkan berdasarkan sebuah seleksi ijtihad, mengemukakan, “Pertama-tama dibawakan riwayat sebab-sebab penurunan, kemudian riwayat bacaan, kemudian dibawakan riwayat-riwayat yang berkaitan dengan pengartian kalimat dan bahasa. Dan selanjutnya kami membawakan riwayat-riwayat yang berkaitan dengan kandungan dan maksud dari ayat tersebut. Kemudian setelah itu kami membawakan riwayat-riwayat yang memiliki jenis hubungan dan lampiran dengan ayat, namun hubungan ini tidak langsung, akan tetapi sedikit untuk membantu pemahaman ayat tersebut. Setelah itu riwayat-riwayat yang tidak selaras baik dari sisi sanad atau dari sisi kandungan dengan dasar-dasar agama dan biasanya dalam referensi-referensi Ahlisunah dan terkadang ditemukan juga dalam riwayat-riwayat kita, dan demikian juga dibawakan riwayat-riwayat israiliyat dan riwayat-riwayat palsu bikinan Yahudi yang sudah disuntikan dalam buku-buku kita.”
“Setelah itu, juga dibawakan semua riwayat-riwayat yang berkaitan dengan ta’wil ayat dan penerapan ayat dan riwayat-riwayat yang berkaitan dengan tafsir dan dikatakan bahwa ini dari bab bathn (batin), ini dari bab jarri (yang berjalan) dan lain-lainnya. Dengan ini juga merupakan sebuah pembagian riwayat dan diakhir diberikan penjelasan lazim berkenaan dengan riwayat-riwayat yang bermasalah atau membutuhkan penjelasan dan jika terdapat riwayat-riwayat yang perlu dikritik, maka dilakukan kritikan juga,” lanjutnya.
Rustam Nejad dalam menjawab pertanyaan: Apakah metode ini adalah metode yang dipakai oleh Ayatollah Ma’rifat, menjelaskan, “Ya, ini adalah metode yang dipakai sejak dimulai dari semula; meskipun dalam periode tersebut juga ketika kita semakin terpisahkan dari jilid pertama, maka kita membawakan pembahasan-pembahasan tersebut kami laksanakan dengan semakin lebih bermetode dan lebih detail dan lebih sempurna.”
“Saya sudah ada sejak dari semula dan kurang lebih selama lima, enam tahun ketika kami sibuk berkhidmat dengan beliau, kurang lebih selangkah demi selangkah kita sampai pada metode ini, dan tidaklah demikian bahwa sejak awal rancangan sudah ada di depan mata kita, akan tetapi secara bertahap dan lambat laun kami menyempurnakan metode dan kemudian kami kembali dan bagian-bagian yang dapat kami perbaiki dan setelah itu juga kami tidak memiliki segala bentuk perubahan dalam makna tersebut dan metode tersebut kami ambil dan sekarang ini kami juga sedang berjalan berdasarkan metode tersebut,” tambahnya.

Keistimewaan Metode Yang Dipakai Dalam Tafsir al-Jāmi’ al-Atsari/ Munculnya Jarak/Pemisah Riwayat Para Maksum dari Selain Maksum
Rustam Nejad berkenaan dengan keistimewaan dan kriteria metode ini, mengatakan, “Dikarenakan metode ini adalah komparasi, maka tersingkaplah dengan baik batasan jarak riwayat-riwayat para maksum dari selain maksum dan sang pembaca melihat bahwa mereka masuk dalam bidang apa dan Ahlulbait (As) masuk dalam bidang apa. Dengan metode ini semakin jelas bahwa apa pandangan para Tabi’in dan para sahabat terhadap tafsir, dan apa pemahaman mereka dan bagaimanakah pandangan Ahlulbait (As) dan menyediakan sebuah kemungkinan pengujian dan penilaian ini untuk sang pembaca.

Klasifikasi Riwayat-Riwayat Tafsir
Dia mengingatkan tentang klasifikasi riwayat sebagai keistimewaan lainnya dari metode ini, dan mengatakan, “Riwayat-riwayat tafsir dan globalnya riwayat-riwayat yang kami bawakan dalam tafsir al-Jāmi’ al-Atsari belum pernah terklasifikasi dalam buku manapun. Ya, dalam sebagian tempat dituturkan secara terpencar dan terpisah-pisah bahwa riwayat ini dalam bab ta’wil dan riwayat itu dalam bab bathn dan lain-lainnya. Namun klasifikasi disini dikerjakan secara sempurna dan memiliki banyak keistimewaan.”
Demikian juga, penulis tafsir al-Jāmi’ al-Atsari dengan mengisyaratkan bahwa tujuan dari penyusunan dan penulisan kumpulan ini bukanlah hanya semata-mata penukilan belaka, menjelaskan, “Di sini kami menukilkan dibarengi dengan penyempitan dan uraian dan contohnya deskripsi dan penjelasan sebagian riwayat dan pertanyaan terhadap sebagian sanggahan dan kritikan riwayat-riwayat lebah dan Israiliyat adalah sebuah permasalahan penting tersendiri yang mana di sini sedang dilakukan.”
Dia dengan statemen bahwa tentunya ulasan-ulasan yang dikerjakan sifatnya komprehensif, mengemukakan, “Riwayatnya sangatlah banyak dan tidak bisa masuk dalam pembahasan tersebut secara mendetail dan luas, dikarenakan jika kita hendak masuk secara mendetail, maka bukunya bisa sampai 100 jilid. Namun dengan kadar yang kita masuki ini dan kita klasifikasikan adalah sebuah keistimewaan yang sampai saat ini kurang lebih tidak ada buku yang menyerupai demikian; terlebih-lebih dalam bentuk komplit, yang melihat Syiah dan juga Ahlisunah.

Audien Tafsir al-Jāmi’ al-Atsari Adalah Semua Kalangan Kaum Muslimin, Syiah dan Ahlisunah
Rustam Nejad di akhir kata dengan statemen bahwa buku ini akan menjadi buku rujukan, mengintroduksikan, “Buku ini adalah rujukan untuk ahli ilmu dan khususnya orang-orang yang mendalami jurusan tafsir, ulumul quran dan orang-orang yang mengambil jurusan hadis atau dalam jurusan pengetahuan umum agama (ma’arif). Disamping itu tafsir ini tidak melihat hanya pada orang-orang Syiah belaka, bahkan melihat masyarakat Islam dan audiennya adalah para ulama Islam dan universitas Al-Azhar Mesir, yang merupakan jantung kebudayaan dunia Ahlisunah dan demikian juga semua kaum muslimin.”

1446850

Kunci-kunci: quran
captcha