IQNA

Peringatan Sosiolog Malaysia Terkait Penyebaran Wahhabisme dan Anti-Syiah di Malaysia

8:13 - October 20, 2014
Berita ID: 1461892
MALAYSIA - Sayid Farid al-Attas mengatakan, “Penyebaran Salafisme dan Wahhabisme di Malaysia telah begitu merasuk sampai fatwa-fatwa radikal mereka telah menembus pada urusan-urusan pribadi dan kehidupan privat kaum muslimin Malaysia.”

“Pertemuan kajian perkembangan Salafisme dan Wahhabisme telah diselengggarakan di Malaysia, Sabtu (18/10/2014), dengan dihadiri oleh Sayid Farid al-Attas, seorang penulis Malaysia dan asisten profesor departemen sosiologi universitas negeri Singapura di Malaysia,” demikian laporan IQNA, seperti dikutip dari Malaysia Chronicle.
Sayid Farid al-Attas dalam pertemuan ini mengatakan,“Penyebaran Salafisme dan Wahhabisme di Malaysia telah begitu merasuk sampai fatwa-fatwa radikal mereka telah menembus pada urusan-urusan pribadi dan kehidupan privat kaum muslimin Malaysia.”
Dia, dengan mengungkapkan rasa heran terhadap rencana baru yang diintroduksikan di propinsi Kelantan-Malaysia, yang berdasarkan pada pemenjaraan atau pembayaran tunai bagi orang-orang yang tiga kali berturut-turut tidak pergi melaksanakan salat Jumat, menyebutnya sebagai manifestasi penyebaran Salafisme dan ekstremisme.
Sayid al-Attas mengatakan, “Pencantuman undang-undang dan ketetapan-ketetapan untuk sebuah masyarakat adalah hal yang urgen, namun untuk orang-orang yang secara berturut-turut tidak pergi ke salat Jumat harus dikenai sangsi uang tunai atau penjara satu tahun adalah hal yang tidak etis dan tidak bisa diterima.”
Demikian juga, dia dengan mengisyaratkan sebagian fatwa-fatwa nyeleneh mufti Arab Saudi mengatakan, “Jika masalah ini tidak dikaji, Salafisme atau Wahhabisme lambat laun akan mengikis kebudayaan Melayu. Banyak sekali dari orang-orang salafi yang mengklaim bahwa kebanyakan kaum muslimin, bukanlah muslim.”
“Dalam perspektif orang-orang Salafi, mayoritas kaum muslim Syiah dan Sunni, karena tidak berperangai seperti mereka, maka mereka bukanlah seorang muslim. Salafisme juga telah menolak banyak hal dari kebudayaan Melayu,” tambah Al-Attas.
Sosiolog Malaysia ini mengatakan, “Contoh lain dari penyebaran Salafisme di Malaysia adalah adanya kampanye Anti-Syiah, yang pada tahun sebelumnya dilakukan di Putrajaya untuk memburukkan orang-orang Syiah.”
Dia menambahkan, harian-harian Malaysia lebih buruk dari  semua media lainnya, karena telah membantu penyebaran kebohongan-kebohongan dan omongan-omongan  kosong terhadap orang-orang Syiah. Tahun lalu juga Dr. Ahmad Zahid Hamidi, Menteri Dalam Negeri mengeluarkan perintah aktivitas lembaga-lembaga Islam untuk menentang orang-orang Syiah di Malaysia.
Selanjutnya, Sayid al-Attas dengan mengisyaratkan tertutupnya pikiran masyarakat Malaysia mengenai perkara-perkara agama, mengungkapkan kekhawatirannya terhadap pertumbuhan Salafisme di negara ini. “Islam adalah agama moderat dan menegaskan keadilan dan keseimbangan,” ucapnya.
Pertemuan ini diselenggarakan dengan diprakarsai oleh Islamic Renaissance Front (IRF) Malaysia dan di situ para guru dan cendekiawan negara Malaysia mengkaji perkembangan Salafisme di Malaysia dan solusi-solusi untuk melawannya.

1461512

Kunci-kunci: Ekstrim
captcha