IQNA

Ulama Kenamaan Dunia Islam/3

Riwayat Keberanian Imam Ali dalam Pernyataan Syekh ‘Arjun

8:30 - November 02, 2022
Berita ID: 3477540
TEHERAN (IQNA) - Syekh Muhammad Sadiq Ibrahim ‘Arjun menulis buku berjudul "Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib; al-Khalifah al-Mitsali " di mana ia memperkenalkan karakter Imam Ali (as) dan perannya dalam membantu Nabi Muhammad (saw).

Dalam karya ini, Syekh Muhammad Sadiq Ibrahim ‘Arjun, mantan kepala Fakultas Ushuluddin Universitas Al-Azhar, berbicara tentang pertumbuhan dan pendidikan Imam Ali (as) dan dia menceritakan tahun-tahun awal masa kanak-kanak Imam Ali, krisis dan kelaparan Quraisy dan peristiwa-peristiwa pada zaman itu, dan pada akhirnya, dia membahas kehidupan Imam Ali setelah Nabi (saw) dan peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan kekhalifahan pasca Nabi Muhammad (saw).

Penulis demikian juga menyebutkan kepahlawanan Imam Ali (as) dan memberikan penjelasan sebagai berikut: setengah dari 70 orang yang terbunuh dalam perang Uhud, darah mereka tertumpah dari ujung pedang Imam Ali (as), dan dalam pertempuran Uhud, Allah menguji kaum Muslim, dan mereka tercerai berai dari sekitar Rasulullah (saw) dan hanya satu orang yaitu Ali (as) yang tinggal di samping Nabi (saw) dan dia adalah pahlawan Islam.

Di sinilah peran Ali (as) menjadi terlihat, karena Ali (as) berdiri di samping Nabi dengan keberanian yang tak tertandingi dan melindungi keberadaan sucinya dari serangan berulang-ulang dari banyak kelompok musyrik.

Dalam pertempuran Khandaq (Ahzab), kaum muslimin dikepung, dan seseorang bernama ‘Amr bin Abdi Wud dari pasukan musuh mengajak untuk berduel. Saat itu, Ali (as) masih muda dan ‘Amr bin Abdi Wud, salah satu jawara dan pemberani Arab, Ali (as) bertarung dengannya dan menjatuhkannya ke tanah dan mengalahkannya.

Allah membuka benteng Khaibar dengan tangan Ali (as). Dalam pertempuran ini, Nabi (saw) berkata kepada Imam Ali (as): " “Aku akan memerangi mereka hingga mereka menjadi seperti kita.” Beliau berkata; “Sungguh seandainya Allah memberi hidayah kepada seseorang lewat perantaraan kamu, hal itu lebih baik buatmu dari pada unta merah (harta yang paling baik).”

Imam Ali (as) tidak berpartisipasi hanya dalam satu perang dan itu adalah "Tabuk" ketika Rasulullah (saw) melarangnya berperang dan mengangkat Imam Ali (as) sebagai penggantinya di Madinah. (peristiwa ini disebutkan dalam hadis Manzilah) dan beliau berkata kepada Imam:

أنت مني بمنزلة هارون من موسى إلا أنه لا نبي بعدي

“Kedudukanmu di sisiku seperti kedudukan Harun di sisi Musa, Hanya saja tidak ada nabi setelahku”

Ketika Nabi (saw) diam-diam berhijrah dari Makkah ke Madinah, beliau menugaskan saudara laki-laki dan sepupunya Imam Ali (as) untuk tidur di tempat tidurnya. Ali (as) mengenakan pakaian Nabi (saw) dan tidur di tempatnya, dan ketika pemuda Quraisy mencapai rumah Nabi (saw), mereka melihat Ali menggantikan Nabi Muhammad (saw).

Hati seorang pemuda seperti Ali (as) dipenuhi dengan semangat kesetiaan dan kepahlawanan. Di saat-saat paling berbahaya, dia tidur di tempat Nabi (saw) dan di saat-saat paling sulit, dia menjadi tebusan Rasulullah (saw).

Dia mendukung panji Jihad yang ada di tangan Nabi (saw) dan berkali-kali ketika jumlah umat Islam dalam perang kecil atau besar, ia berperang dengan musuh dan mengubah ketakutan di hati umat Islam menjadi perdamaian dan keamanan. (HRY)

captcha