IQNA

Metode Pendidikan Para Nabi; Musa (as)/ 33

Mengingat Nikmat-Nikmat Ilahi dalam Kisah Nabi Musa dalam Alquran

11:35 - October 18, 2023
Berita ID: 3479081
TEHERAN (IQNA) - Allah swt telah memberikan banyak nikmat kepada manusia, namun kelalaian dan kelupaan adalah wabah besar yang menimpa manusia. Mengingat nikmat adalah metode pendidikan yang sangat efektif yang telah banyak digunakan oleh para guru besar umat manusia, Tuhan dan para nabi.

Salah satu hal yang biasa dihadapi manusia dan kadang tidak mereka perhatikan adalah lalai dan lupa mengingat Allah dan nikmat-Nya, sehingga menyebabkan mereka tenggelam dalam dosa. Sejatinya harus dikatakan bahwa dosa itu karena kelalaian, dan yang menghilangkan kelalaian adalah peringatan yang terus-menerus. Oleh karena itu, pengingat mempunyai peranan yang sangat penting dalam pendidikan dan mempunyai kedudukan yang sedemikian rupa sehingga disebut-sebut sebagai tujuan ibadah, karena disebutkan bahwa Itu mencerahkan hati.

Allah Yang Maha Pengasih telah memberikan banyak nikmat kepada manusia, namun kelalaian dan kelupaan adalah wabah besar yang menimpa manusia. Mengingat nikmat merupakan metode pendidikan yang sangat efektif yang telah banyak digunakan oleh para guru besar umat manusia yaitu Tuhan dan para nabi. Cara mengingatkan akan nikmat tergantung pada masa lalu pendengarnya. Yakni, ada nikmat-nikmat yang harus diberikan terlebih dahulu, agar kelak nikmat-nikmat itu bisa dikenang sebagai pengingat.

Pertama-tama, menyebut nikmat Allah dan mengingatkan manusia, bahkan orang-orang yang mengingkari misi Ilahi para Nabi, akan menimbulkan rasa cinta kepada Tuhan dan akhirnya menyadari kebesaran dan kekuasaan Sang Pencipta.

Sang pendidik dapat memberitahukan kepada anak didik (peserta pelatihan) dengan suatu pengingat, yang terkadang diwujudkan dengan kata-kata atau isyarat yang bermakna dan terkadang dengan program yang berkesinambungan dan terarah.

Nabi Musa (as) telah menyebutkan nikmat Allah dalam banyak kasus dan memberikan landasan rasa syukur di kalangan Bani Israel, sehingga di kalangan umatnya, kecenderungan terhadap realitas yang diberikan Tuhan pada manusia akan tumbuh subur.

  1. Di hadapan Fir’aun

Pada langkah pertama misinya, Nabi Musa ditugaskan untuk menghadap Fir’aun dari sisi Allah swt. Fir’aun berkata kepada Nabi Musa (as):

قَالَ فَمَنْ رَبُّكُمَا يَا مُوسَى

Fir’aun berkata, maka siapakah tuhan kalian berdua wahai Musa”. (QS. Taha: 49)

Setelah pertanyaan Fir’aun, Nabi Musa memperkenalkannya melalui nikmat yang Allah berikan kepada manusia. Dia (Musa) menjawab, “Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan bentuk kejadian kepada segala sesuatu, kemudian memberinya petunjuk.” (QS. Taha: 50)

(Tuhan) yang telah menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu, dan menjadikan jalan-jalan di atasnya bagimu, dan yang menurunkan air (hujan) dari langit.” Kemudian Kami tumbuhkan dengannya (air hujan itu) berjenis-jenis aneka macam tumbuh-tumbuhan. (QS. Taha: 53)

  1. Di hadapan Bani Israel

Setelah hancurnya Fir’aun dan terselamatkannya Bani Israil serta mendapatkannya nikmat kebebasan dan kemerdekaan, dimana kebebasan dan keamanan merupakan salah satu nikmat Allah yang paling besar dan landasan bagi pemanfaatan nikmat lainnya, kini ingatkan mereka akan nikmat yang dilimpahkan Allah kepada umat ini:

Wahai Bani Israil! Sungguh, Kami telah menyelamatkan kamu dari musuhmu, dan Kami telah mengadakan perjanjian dengan kamu (untuk bermunajat) di sebelah kanan gunung itu (gunung Sinai) dan Kami telah menurunkan kepada kamu manna dan salwa”. (QS. Taha: 80)

captcha