Dalam pidato yang disiarkan di televisi pada peringatan pertama operasi berskala besar dan bercabang tersebut, Abu Obeida menggambarkan Badai Al-Aqsa sebagai operasi komando paling profesional di zaman modern.
Ia mengatakan operasi tersebut dilakukan setelah agresi berkelanjutan rezim terhadap warga Palestina dan penodaan Masjid Al-Aqsa, yang telah mencapai tahap berbahaya yang belum pernah terjadi sebelumnya.
“Dan sekarang, selama setahun, para pejuang telah melancarkan pertempuran yang tidak seimbang dengan musuh kriminal,” kata Abu Obeida.
Juru bicara Brigade Qassam bersumpah bahwa kelompok tersebut akan terus berjuang dalam “perang gesekan yang panjang.”
“Kami memilih untuk terus berjuang dalam perang gesekan yang panjang, yang menyakitkan dan merugikan bagi musuh.”
“Pesawat tanpa awak dari Lebanon, Irak, dan Yaman terbang di langit di atas wilayah Palestina yang diduduki, menyerang lokasi dan target penting musuh, serta menguras kemampuan keamanan dan pertahanan musuh Zionis. Pesawat itu mengganggu keseimbangan rezim pendudukan dan menimbulkan kerugian ekonomi dan militer yang besar,” kata Abu Obeida.
Juru bicara Brigade Qassam mengatakan bahwa para pejuang Perlawanan melanjutkan keteguhan heroik mereka di setiap inci Gaza, dan pertempuran akan terus berlanjut hingga Israel dikalahkan.
Abu Obeida mengatakan pembunuhan para pemimpin Perlawanan tidak akan mengintimidasi faksi-faksi Palestina, dan bahwa kegembiraan musuh Zionis itu tidak akan berlangsung lama.
Ia juga memuji serangan rudal balasan Iran terhadap rezim Israel, Operasi True Promise I dan II, dengan mengatakan serangan itu menyebabkan getaran ketakutan di tulang punggung rezim Israel.
Abu Obeida kemudian berbicara kepada para pejuang dari gerakan perlawanan Hizbullah Lebanon.
“Kami yakin dengan kekuatan dan kekuasaan kalian untuk menimbulkan kerugian yang menyakitkan pada musuh. Kami dengan bangga menghargai gerakan rakyat yang hebat di Yaman, serta semua masyarakat yang bersaudara dan bersahabat di seluruh dunia.”
Ia mengecam pemerintah AS karena terlibat dalam kekejaman Israel dan perang genosida terhadap warga Palestina di Gaza.
“Pejuang perlawanan Palestina tetap siap sepenuhnya untuk menimbulkan lebih banyak kerugian pada musuh Zionis. Mereka (perlawanan) dapat membunuh ribuan tentara mereka (Israel), melukai ribuan lainnya, dan menghancurkan perangkat keras militer,” kata juru bicara Brigade Qassam.
Abu Obeida juga mengecam Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu karena gagal mengamankan kesepakatan pertukaran tahanan Palestina dengan tawanan rezim di Gaza.
“Rezim Zionis tidak tahu apa-apa selain bahasa kekerasan dan perang,” katanya.
Abu Obeida menyatakan bahwa serangan penembakan baru-baru ini di Jaffa, sebuah lingkungan di Tel Aviv, mengatakan itu adalah bagian dari operasi yang lebih luas yang akan lebih keras dan jauh lebih pahit. (HRY)
Sumber: arrahmahnews.com