Husein Hamdan, Qari dan Juri internasional Al-Quran Al-Karim, dalam wawancaranya dengan IQNA menjelaskan penilaiannya mengenai empat sesi kompetisi internasional Al-Quran para mahasiswa muslim. “Kompetisi ini merupakan inisiatif berharga Republik Islam Iran dalam kancah aktifitas Al-Quran dan Iran satu-satunya negara yang menyelenggarakan kompetisi Al-Quran khusus para mahasiswa dalam taraf internasional,” ucap dia.
Dia menambahkan, “Kompetisi internasional para mahasiswa muslim merupakan sebuah kancah yang tepat untuk para qari dan hafiz, yang tidak dapat ikut serta dalam kompetisi internasional Al-Quran Iran secara resmi yang diselenggarakan oleh lembaga-lembaga wakaf dan khairiyah Iran.”
Kompetisi Para Mahasiswa Muslim; Label Berharga dalam Kancah Al-Quran untuk Iran
Selanjutnya, Qari dan Juri internasional Al-Quran ini menganggap kompetisi ini sebagai langkah besar dan berharga untuk lebih mengakrabkan para mahasiswa dengan Al-Quran Al-Karim. “Kompetisi Al-Quran para mahasiswa muslim ditengah-tengah negara Islam, merupakan langkah yang tak tertandingi dan hanya Republik Islam Iran semata dan merupakan Label berharga Iran dalam kacah Al-Quran.
Mengenai efektifitas kompetisi ini dalam mendekatkan para mahasiswa dan para remaja dengan Al-Quran, Husein Hamdan mengatakan, “Tujuan Iran atas penyelenggaraan kompetisi ini tidak hanya sekedar mempertemukan para mahasiswa dari berbagai belahan dunia semata, bahkan, pendekatan hati, memperkokoh persatuan, solidaritas Islam, dan mewujudkan empati lebih dikalangan para remaja Quran yang merupakan salah satu tujuan lain dari penyelenggaraan kompetisi ini,” ungkapnya.
Persatuan Islam Tidak Akan Terealisasi Hanya dengan Semboyan
Dalam kelanjutan wawancara tersebut, Qari dan Juri internasional Al-Quran Al-Karim menganggap Republik Islam Iran sebagai pionir dan pelopor persatuan Islam. “Persatuan kaum muslimin tidak akan terealisasi hanya dengan semboyan semata, bahkan harus ada langkah-langkah praktis dalam hal ini, dimana kompetisi internasional Al-Quran para remaja muslim merupakan salah satu langkah Quran yang berharga untuk mengokohkan persatuan di kalangan kaum muslimin, khususnya para mahasiswa,” ungkapnya.
Dia menambahkan, “Iran, dalam kompetisi ini telah mempertemukan remaja-remaja muslim pelbagai Negara Islam, sehingga peloporan negara ini dalam kancah persatuan Islam secara praktis telah terbukti.”
Selanjutnya, dia menganggap ayat 103 surat Ali Imran, “Wa’tashimu bi Hablillahi Jami’an wa La Tafarraqu”, Berpegang teguhlah kalian semua dengan tali Allah dan janganlah kalian bercerai berai, insentif Quran para pelajar, para qari, para hafiz muslim yang berpartisipasi dalam kompetisi ini. “Dari kapasitas Al-Quran ini dapat dimanfaatkan untuk mencerahkan dan lebih menyadarkan para mahasiswa dan remaja muslim untuk mengenal tantangan-tantangan yang ada dalam dunia Islam, di antaranya adalah pemikiran dan pandangan-pandangan radikal takfiri,” ungkap dia.
Keputusan Tentang Hadirnya para Wanita dalam Kompetisi Ada dalam Yuridiksi Iran
Husein Hamdan dalam menjawab pertanyaan berkenaan dengan, Apakah penyelenggaraan kompetisi ini juga bisa dikhususkan untuk para wanita?, dia menjawab, “Keputusan mengenai masalah ini ada dalam otoritas Iran dan para penanggung jawab penyelenggaraan kompetisi dan institusi pengambil keputusan Al-Quran Iran ini, harus mengambil keputusan dalam masalah ini.”
Dengan mengisyaratkan berbagai cabang kompetisi, juri internasional kompetisi Al-Quran ini mengatakan, “Kompetisi sampai sekarang ini banyak terfokus pada bagian hafalan seluruh al-Quran dan bacaan Al-Quran, meskipun dalam kompetisi ini terdapat juga beberapa bagian seperti tafsir Al-Quran dan makalah-makalah Quran, dimana akan menambah khazanah kompetisi ini.”
Urgensitas Penggunaan Jaringan-jaringan Sosial Untuk Menginformasikan Kompetisi
Dia mengatakan, “Kompetisi Al-Quran para mahasiswa muslim butuh penginformasian lebih dalam kancah dunia maya dan penginformasian lebih mengenai kompetisi ini dapat dilakukan dengan cara menggunakan jaringan-jaringan sosial dan internet, dan para remaja Quran internasional akan lebih mengenal kompetisi ini.”
Husein Hamdan disela-sela acara Al-Quran ini, berkaitan dengan penyadaran para remaja tentang insiden takfiri dan teroris wilayah, seperti insiden takfiri “ISIS” (yang sekarang berganti nama Daulah Islamiyah), mengatakan, “Hakikat insiden takfiri yang sekarang ini menampakkan keislamannya harus dijelaskan kepada semua partisipan dan para mahasiswa hafiz, dan qari Al-Quran, karena insiden takfiri ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan Islam dan dicelah-celah penyelenggaraan kompetisi ini juga, dapat menjawab beberapa syubhat anti-mazhab Syiah yang akan disampaikan dan menyelenggarakan pertemuan khusus.”
Di akhir kata, Husein Hamdan, menganggap tugas para ulama, para rohaniawan, dan para cendekiawan muslim dalam menjaga para remaja dihadapan distorsi pikiran dan ideologi adalah hal yang sangat penting. “Ulama Islam harus mensuport para remaja untuk lebih akrab dengan Al-Quran, dan tafakur terhadap konsep dan ajaran-ajaran berharganya serta menjelaskan kepada para remaja mengenai esensi kelompok radikal dan sesat, yang mana mereka hanya berpura-pura menampakkan keislaman semata,” katanya tegas.