IQNA

Anggota Dewan Ilmiah Fakultas Imam Khomaini (ra) Mendeskripsikan: Faktor Penisbahan Kesalahan Terhadap Kefasihan Al-Quran Dalam Perspektif Allamah Balaghi/ Sumber Utama Syubhat Distorsi

9:48 - September 10, 2014
Berita ID: 1448672
Menurut anggota dewan ilmiah fakultas imam Khomeini (ra), Allamah Balaghi lewat penekanan tafsir Al-Quran dengan Al-Quran meyakini bahwa mayoritas argumentasi distorsi Al-Quran diambil dari konvensi riwayat-riwayat Ahlisunah.

Hujjatul Islam wal Muslimin Amir Reza Asyrafi, penulis Ulumul Quran Dalam Perspektif Allamah Balaghi saat wawancara dengan IQNA mendeskripsikan perspektif cendekiawan Al-Quran ini dan mengatakan, “Peneliti besar ini meyakni bahwa syubhat distorsi, pada dasarnya bersumber dari konvensi riwayat Ahlisunah.”
“Berdasarkan perspektif Allamah Balaghi, sekumpulan riwayat-riwayat ini yang mengabarkan tentang tata cara pengumpulan dan penyusunan Al-Quran, sangatlah bermasalah, saling kontradiksi, dan tidak dapat dipercaya dan menurut keyakinan mereka, ayat-ayat buatan seperti ayat “Rajam” dua surah Qunut dan Khal’ dan hafd  juga dalam sebagian referensi-referensi Ahlisunah yang berbicara tentang penghilangannya dari Al-Quran, disamping dari sisi sanad tidak perlu diperhatikan, kandungannya juga sangatlah lemah dan sama sekali tidak bisa disandingkan dengan ayat-ayat Ilahi,” tambahnya.
Asyrafi menegaskan, “Dia mengkritik ayat-ayat buatan ini dalam aspek sastra dan kandungan secara bijak dan dalam bagian yang lain pada pendahuluan tafsirnya lewat penuangan perspektif para cendekiawan besar Syiah dalam bab “Keterjagaan Al-Quran dari Distorsi”, melakukan kajian sanad dan kandungan riwayat “Fashl al-Khitāb” karya Haji Nuri dalam bab distorsi Al-Quran.”
Anggota Dewan Ilmiah Institut Studi dan riset imam Khomeini (ra) mengemukakan, “Menurut keyakinan dia, dasar riwayat “Fashl al-Khitāb” dikumpulkan dari karya-karya tersebar dan tidak ada validitas seperti “Dabistān al-Mazāhib” dari penulis tak dikenal dan kondisinya tidak diketahui; dengan demikian hadis-hadis ini tidak bisa disandarkan dan tidak menjadi kepercayaan para cendekiawan Syiah.”
“Menurut keyakinan Allamah Balaghi, selain itu tidak ada satupun dari riwayat-riwayat ini yang menunjukkan secara gamblang akan distorsi Al-Quran; adapun mayoritas yang ada dalam riwayat-riwayat ini, merupakan penjelasan dan sebagian lagi tafsir tambahan berkenaan dengan ayat-ayat Al-Quran,” lanjutnya.

 

Perselisihan Bacaan Tidak Berpengaruh pada Bacaan Mutawatir
Asyrafi mengintroduksikan, “Allamah Balaghi meyakini perselisihan bacaan dalam sepanjang sejarah Al-Quran tidak berpengaruh pada bacaan mutawatir dan penulisan khat mushaf dan teks tulisan Al-Quran dan bacaan maraknya – yang konsisten terhadap bacaan Hafsh ketimbang Ashim – dalam transisi sejarah selalu terjaga dari setiap distorsi.”
Penulis buku Ulumul Quran dalam perspektif Allamah Balaghi dengan statemen bahwa bagian kedua buku “Ulumul Quran dalam perspektif Allamah Balaghi” mengkhususkan dasar-dasar pemahaman Al-Quran dalam perspektif peneliti Al-Quran besar Syiah ini, mengatakan, “Secara ringkasnya, ke-Ilahian teks Al-Quran dan bacaannya, keorisinilan teks yang ada, keunikan dan kefasihan, korelasi dan afiliasi makna-makna merupakan dasar-dasar tafsir Allamah Balagi dalam “Āla al-Rahmān”.


Sebagian Dasar Allamah Balaghi Dalam Penulisan Buku Ulumul Quran
Dia mengemukakan, “Kejelian dan elegansi penjelasan, ketergantungan pemahaman parsial, dan lapisan pemahaman Al-Quran terhadap riwayat, komprehensif, global, dan keabadian termasuk dasar-dasar lain ulumul Quran Allamah Balaghi.”
Asyrafi mengemukakan, “Allamah Balaghi seperti mayoritas fakih dan para penafsir muslim lainnya, meyakini bahwasanya Allah (Swt) dalam Al-Quran guna memaparkan maksud dan tujuan menggunakan metode yang umum dan konvensional (metode percakapan orang-orang berakal).”
“Maksud dari metode percakapan orang-orang berakal, adalah bahasa yang umum dan marak di kalangan manusia; metode ini di kalangan para kaum dan pelbagai umat mengambil warna dan lapisan khusus dan ada dalam bentuk bahasa-bahasa seperti, Arab, Persia dan selainnya; namun mengikuti kerangka bersama dan terdapat pokok dan kaidah-kaidah khusus.”


Kata-Kata Al-Quran; Kata-Kata Terfasih
Asyrafi melanjutkan, “Allamah Balaghi sebagaimana mayoritas para peneliti muslim Al-Quran  meyakini ayat-ayat Al-Quran tidak hanya tidak samar dan tidak membingungkan, akan tetapi memiliki makna yang jelas dan terspesifikasi. Menurut keyakinannya, Al-Quran Al-Karim menggunakan kata-kata paling indah dan susunan paling fasih untuk menunaikan maksudnya dan maksud-maksud Al-Quran terkhusus untuk para audien pertamanya (Arab di era penurunan) yang mengetahui keistimewaan sastra Al-Quran, benar-benar ekspresif dan komunikatif.”
“Dengan demikian, menurut perspektif Allamah Balaghi, faktor ketidakenakan sebagian kosa kata dan ketidakfahaman sebagian ungkapan-ungkapan Al-Quran dan tidak adanya pengetahuan cukup para pengklaim tafsir dengan bahasa asli Arab, kondisi dan kaidah-kaidah memahami Al-Quran, harus dicari dalam perkembangan-perkembangan yang terjadi sepanjang sejarah dalam bahasa Arab,” tegasnya.
Dia melanjutkan, “Allamah Balaghi seperti para penafsir lainnya meyakini bahwa korelasi dan kohesi makna-makna ayat satu dengan yang lainnya dan dia mencari bantuan dalam korelasi untuk penafsiran Al-Quran dengan perenungan. Menurut keyakinannya, untuk tafsir Al-Quran, kita terpaksa harus bertadabur dalam Al-Quran dan kita menerangkan makna sebagian ayat dengan ayat-ayat lainnya.”
Anggota Dewan Ilmiah Institut Imam Khomaini (ra) mengemukakan, “Menurut perspektif Allamah Balaghi setiap kata dalam kamus satra Arab memiliki keistimewaan tersendiri, yang membedakan dari kata-kata lainnya. Al-Quran Al-karim sesuai dengan tuntutan kemukjizatan kefasihannya telah memilih diksi termudah dalam tempat yang paling selaras; dalam geometri yang tak tertandingi dari sisi makna dan pengetahuan Al-Quran tidak dapat digantikan dengan kata-kata lainnya.”


Penegasan Untuk Tidak Bersandar Terhadap Deduksi Para Filologi dalam Tafsir
Dia menambahkan, “Berdasarkan ini, dalam rangka menafsirkan Al-Quran, selain mendapatkan aplikasi satu kata, kejelian dalam keistimewaan dan perbedaannya dengan kata-kata lainnya dalam penafsiran Al-Quran adalah hal yang urgen dan poin ini, yang menurut ucapan Allamah Balaghi, mayoritas para Filologi di situ tidak menangguhkan dan tidak perhatian dengannya. Karena inilah ucapan dia dalam ranah ini tidak mendapati kinerja yang diperlukan dan dalam rangka menafsirkan Al-Quran tidak dapat semata-mata bersandar padanya.”


Prospeksi Dangkal Para Peneliti; Faktor Sebagian Penisbahan Keraguan Terhadap Balaghoh Al-Quran
Asyrafi mengintroduksikan, “Allamah Balaghi seperti Sayid Radhi dalam Haqāiq al-Ta’wil meyakini bahwa Al-Quran tidak mengandung huruf-huruf tambahan; dengan demikian dengan ketelitian khusus dia menjelaskan faidah sastra huruf, yang mana sebagian dari para penafsir menganggapnya sebagai huruf tambahan. Balaghi dalam pendahuluan tafsirnya menjelaskan tentang ketergelinciran dari pihak para pembesar sastra dan tafsir seperti Zamahsyari.”
Dia menegaskan, “Menurut keyakinannya, ketergelinciran ini akibat dari keikutan dan prespeksi dangkal dalam tafsir kosa kata Al-Quran, dimana hal yang sangat berbahaya ini haruslah dijauhi.”
Asyrafi menjelaskan, “Menurut keyakinan Allamah Balaghi, riwayat-riwayat Ahlulbait (As) dianggap sebagai indikasi penting dalam tafsir Al-Quran; dengan demikian sang penafsir Al-Quran tidak boleh melalaikan tafsirannya dari sumber  penting penafsiran ini.”
Dia menegaskan, “Allamah Balaghi dalam tafsir berharganya banyak sekali menggunakan riwayat-riwayat Ahlulbait (As). Dia biasanya pertama-tama menuturkan deduksi dari lahiriah ayat dengan bersandar pada indikasi-indikasi Al-Quran, kemudian dengan bersandar pada riwayat-riwayat tafsir melakukan penjelasan parsial dan sebagian manifestasi terkait dengan ayat tersebut.”
Asyrafi menegaskan, “Menurut keyakinan penafsir Āla al-Rahmān, pengetahuan Al-Quran tidak hanya terbatas pada penjelasan sebagian kewajiban dan taklif ibadah dan individu seseorang, akan tetapi Allah (Swt) sesuai dengan tujuan global dan keabadian kitab ini, masuk dalam ranah pelbagai teknik, ilmu, dan pengetahuan dan dalam ranah ini, benar-benar berbicara dengan kokoh dan kuat.”


Al-Quran Hakikat yang Mengalir
Dia menambahkan, “Allamah Balaghi seperti mayoritas para penafsir muslim lainnya, meyakini bahwa Al-Quran adalah hakikat mengalir dimana hukum dan pengetahuannya tidak diperuntukkan untuk satu zaman dan orang-orang tertentu saja; akan tetapi mencakup semua manusia dalam semua masa.”
Dia mengemukakan, “Menurut keyakinannya kebanyakan dari para perawi tafsir dalam menjelaskan manifestasi khusus ayat-ayat Al-Quran; dikarenakan inilah penuturan manifestasi tersebut dalam riwayat tidak bertentangan dengan keumuman lahiriah ayat dan lahiriah umum tidak mengkhususkannya.”

1444301

Kunci-kunci: quran
captcha