Menurut Iqna mengutip Al Jazeera, perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Lebanon dilaksanakan pada (04.00) pagi waktu Beirut.
Daniel Hagari, juru bicara tentara Israel, mengumumkan bahwa dengan diterapkannya perjanjian gencatan senjata, tentara Israel masih ditempatkan di posisinya di Lebanon selatan.
Setelah penerapan gencatan senjata, Najib Mikati, penjabat Perdana Menteri Lebanon, mengatakan pada Rabu pagi bahwa kesepakatan ini dianggap sebagai langkah mendasar menuju perdamaian dan stabilitas di Lebanon dan kembalinya pengungsi.
Perdana Menteri sementara Lebanon melanjutkan, kami menekankan komitmen Lebanon untuk melaksanakan Resolusi 1701, memperkuat kehadiran tentara di selatan dan bekerja sama dengan UNIFIL.
“Saya meminta musuh Israel untuk mematuhi gencatan senjata dan keputusan untuk mundur serta sepenuhnya mematuhi Resolusi 1701,” tambah Mikati.
Dalam hal ini, surat kabar Lebanon Al-Nahar menulis: “Sebuah jajak pendapat yang dilakukan oleh Hebrew Channel 13 dan diterbitkan pada Selasa malam menunjukkan bahwa sekitar 60,8 persen warga Israel yang berpartisipasi percaya bahwa rezim ini belum mengalahkan Hizbullah, sementara 25,8% percaya bahwa rezim ini menang dan 13,4% tidak yakin apakah benar-benar menang atau tidak.
Survei tersebut juga menunjukkan bahwa 44,1 persen mendukung perjanjian gencatan senjata dengan Hizbullah, sementara 37,5 persen menentangnya, dan hampir seperlima responden (18,5 persen) tidak tahu bagaimana menjawab pertanyaan tersebut.
Terkait Gaza, mayoritas (65,7%) percaya bahwa Israel harus mengakhiri perang di Jalur Gaza dan mencari kesepakatan yang akan mengembalikan 101 tahanan yang masih ditahan oleh Hamas, sementara hanya 27,6% yang ingin melanjutkan perang. (HRY)