IQNA

Bertepatan dengan Hari Hikmah dan Filsafat

Tujuh Poin tentang Hubungan Alquran dan Filsafat, Menurut Profesor Al-Azhar

5:44 - November 22, 2025
Berita ID: 3483037
IQNA - Syekh Muhammad Yusuf Musa berpendapat bahwa Alquran merupakan salah satu faktor terpenting yang mendorong umat Islam terlibat dalam penelitian filsafat, karena di dalamnya terdapat prinsip-prinsip filsafat, baik yang terkait dengan kemanusiaan maupun dengan Tuhan dan hubungan-Nya dengan manusia.

Menurut IQNA, Zaki Al-Milad menulis dalam sebuah artikel di situs web Momnoun WithoutBorders tentang buku "Alquran dan Filsafat" karya "Syekh Muhammad Yusuf Musa": Pada tahun 1958, Syekh Muhammad Yusuf Musa (1317-1383 H / 1859-1963 M), salah satu syekh Al-Azhar, menerbitkan edisi pertama bukunya yang berjudul "Alquran dan Filsafat". Karya ini awalnya merupakan bagian pertama dari disertasi doktoralnya, yang ditulis dalam bahasa Prancis dan dipertahankan pada tahun 1948 di Universitas Sorbonne di Prancis. Ia dianugerahi gelar doktor filsafat dengan pujian tertinggi. Judul disertasinya adalah "Agama dan Filsafat dari Perspektif Ibnu Rusyd dan Para Filsuf Abad Pertengahan."

Setelah mempertahankan risalah tersebut, Dr. Musa menerjemahkannya dari bahasa Prancis ke bahasa Arab dan menerbitkannya dalam dua jilid. Jilid pertama diterbitkan dengan judul "Alquran dan Filsafat" dan jilid kedua, dengan judul yang sama dengan tema risalah tersebut, diterbitkan pada tahun 1959.

Hal pertama yang menarik perhatian pembaca tentang buku ini adalah judulnya yang mencolok, "Alquran dan Filsafat". Buku ini mungkin merupakan buku pertama di dunia Arab modern dan kontemporer yang menggunakan judul ini, menempatkan Alquran dan filsafat dalam hubungan yang kompleks dan ganda; hubungan yang harmonis dan terhubung, bukan hubungan yang kontradiksi dan terpisah.

Dengan mengkaji perspektif ini secara koheren dan terpadu, maka dapat dirangkum dalam beberapa elemen berikut:

Pertama: Alquran, karena memuat prinsip-prinsip filsafat, baik yang berkaitan dengan manusia maupun dengan Tuhan dan hubungan-Nya dengan manusia, merupakan salah satu faktor terpenting yang mendorong umat Islam untuk terlibat dalam penelitian filsafat.

Kedua: Dr. Musa berpendapat bahwa Alquran, pertama dan terutama, adalah kitab suci iman sejati, hukum yang berlaku untuk segala zaman dan tempat, serta seperangkat etika yang tanpanya masyarakat yang sehat tidak dapat terwujud. Namun, dalam banyak ayatnya, Alquran juga membahas isu-isu fundamental filosofis, teologis, alam, dan kemanusiaan yang selalu memenuhi pikiran para cendekiawan dan filsuf. Cara Alquran menangani beberapa isu ini, terutama isu-isu teologis, mendorong refleksi yang lebih mendalam dan lebih dalam serta menghasilkan beragam perspektif intelektual.

Ketiga: Walaupun Alquran jelas mendorong pemikiran filosofis dan menjadi sumber inspirasi utama bagi para teolog dari berbagai keyakinan dan aliran pemikiran, Alquran juga menjadi penghalang bagi jenis pemikiran filosofis yang lain.

Dr. Musa menyebut jenis pemikiran terakhir ini sebagai pemikiran yang didasarkan pada atau sangat dipengaruhi oleh filsafat Yunani. Kendala ini disebabkan oleh pernyataan Alquran yang jelas tentang pandangan yang benar dan penyediaan bukti untuk banyak masalah yang membingungkan para pemikir dan filsuf.

Keempat: Dr. Musa berpendapat bahwa tanpa Alquran, sejarah pemikiran Islam tidak akan mengenal sebagian besar mazhab yang para pendukungnya mengambil gagasan mereka dari Alquran sendiri atau membenarkan argumen mereka. Hal ini dibuktikan oleh fakta bahwa pemikiran para filsuf di luar bidang teologi, seperti Al-Farabi, Ibnu Sina, dan Ibnu Rusyd, tidak mengarah pada mazhab yang sama dengan para teolog. Alasannya adalah karena para filsuf ini tidak menggunakan Alquran dalam pembentukan dan pengembangan ajaran mereka, meskipun terkadang mereka mencoba mencari dukungan untuk beberapa kesimpulan mereka di dalamnya.

Kelima: Meskipun Alquran mendorong atau membimbing umat Islam untuk berfilsafat dan menginspirasi banyak pandangan dan mazhab filsafat, faktor-faktor lain juga memengaruhi hasil karya filsafat umat Islam. Faktor-faktor ini merupakan faktor eksternal yang muncul akibat kontak umat Islam dengan filsafat Yunani melalui interaksi dengan para pencetusnya, seperti orang-orang Suryani, dan kemudian melalui penerjemahannya ke dalam bahasa Arab.

Artinya, yang awalnya mendorong umat Islam untuk berfilsafat adalah Alquran, diikuti oleh pengetahuan dan transmisi warisan Yunani. Kedua faktor ini masing-masing memiliki pengaruhnya sendiri.

Keenam: Menolak pernyataan Wilhelm Gottlieb Tennemann, seorang orientalis berkebangsaan Jerman (meninggal tahun 1819) dalam bukunya (A manual of the history of philosophy) yang terbit dalam bahasa Jerman tahun 1812, yang menyebutkan bahwa umat Islam tidak dapat maju dalam bidang filsafat karena adanya beberapa halangan (termasuk Alquran), yang menurutnya bertentangan dengan asas-asas akal budi bebas.

Ketujuh: Perlu dicatat bahwa Alquran, sebagai pesan ilahi terakhir bagi seluruh umat manusia di segala zaman dan tempat, belum dipelajari dari perspektif ini dengan kehati-hatian sebagaimana seharusnya dipelajari oleh para ahli. Bahkan, beberapa sarjana teologi Islam belum mengetahui bagaimana memanfaatkannya secara maksimal. Hal ini membutuhkan pengetahuan sejati tentang Tuhan, pengetahuan yang diterima oleh hati dan pikiran; pengetahuan yang, dalam beberapa hal, melampaui pengetahuan filosofis yang semata-mata didasarkan pada akal.

Inilah unsur-unsur dasar yang membentuk pandangan Dr. Muhammad Yusuf Musa dan disertasinya tentang hubungan antara Alquran dan filsafat. (HRY)

 

4317795

Kunci-kunci: hari ، Hikmah ، filsafat ، Hubungan ، Alquran dan Filsafat
captcha