“Chris Lewa, Ketua Proyek Arakan untuk meningkatkan kondisi kaum muslimin dengan mengumumkan akan ketidaktahuan nasib orang-orang ini, mengungkapkan keprihatinan akan kondisi mereka,” demikian laporan IQNA, seperti dikutip dari Reuters.
Sejak tanggal 15 Oktober 2014, akibat dari agenda baru pemerintah Myanmar (Burma) anti-Kaum muslimin, kurang lebih 12 ribu kaum muslimin Rohingnya meninggalkan propinsi Rakhine di sebelah Barat negara ini.
Pada tanggal ini juga, 4 ribu orang kaum muslimin Rohingnya dan kaum muslimin Bangladesh meninggalkan negara Bangladesh menuju Malaysia.
Sementara kurang lebih 460 orang dari awak kapal pada pekan lalu terlihat di perbatasan Thailand dan mereka ditangkap, ribuan kaum muslimin Rohingnya sekarang ini belum sampai ke daratan dan sama sekali belum ada kabar dari mereka. Sementara perjalanan air mereka tidak seharusnya memerlukan waktu lebih dari lima hari.
Berdasarkan agenda baru pemerintah Myanmar, kaum muslimin harus mendaftarkan diri mereka sebagai pendatang Bengali dan atau ditangkap, yang mana kedua-duanya akan menghadapi bahaya penjara permanen dan masa depan yang tidak jelas.
Kaum muslim Rohingnya mencari jalan untuk lari dari kondisi ini dengan menuju ke Thailand dan selanjutnya dari sana mereka akan pergi ke negara Malaysia.
Kelompok ekstrimis Buddha Myanmar dengan dukungan negara ini sejak tahun 2012 telah menjalankan rencana pembersihan etnis minoritas muslim Rohingnya, yang akibatnya sampai sekarang ini banyak sekali dari mereka terbunuh dengan kekerasan, banyak dari mereka yang hilang dan banyak juga dari mereka yang menjadi gelandangan.