Menurut Iqna mengutip situs berita analitis masyarakat dan budaya bangsa, Shujaat Ali Qadri pernah membahas tradisi berkabung bulan Muharram di India dalam sebuah artikel.
Dia menggambarkan Ta'ziyeh sebagai simbol Imam Husein (as).
Tradisi berkabung di bulan Muharram di India sudah setua kemunculan Islam di subbenua tersebut. Di India, Muharram bervariasi dari Kashmir hingga Kanyakumari. Di India, ta'ziyeh merupakan simbol Imam Husein (as) dan Muharram, tempat meleburnya persatuan umat Hindu dan Islam. Selama bulan Muharram, sentimen agama Hindu dan Islam berbaur dalam kesedihan dan kedukaan, dan akibatnya, sejumlah besar penyair Hindu menonjol di antara para penulis elegi. Makanan tabarruk yang dibagikan di bulan Muharram ini juga diterima dengan penuh hormat oleh umat Hindu dan Sikh.
Elegi penulis Hindu Marcia menyebut Kalidas Gupta Riza sebagai salah satu referensi yang dominan. Dia adalah salah satu pengagum Imam Ridha (as) dan dengan kecintaannya kepadanya, dia memilih "Reza" sebagai "kesuciannya". Lala Ram Prasad dari Lucknow juga menulis elegi dengan nama samaran "Bashar". Dia adalah salah satu pengikut Ahlulbait (as). Di hari-hari terakhir hidupnya, ia hijrah ke Karbala dan dimakamkan di sana.
Makanan berkah yang dibagikan di bulan Muharram ini juga diterima dengan penuh hormat oleh umat Hindu dan Sikh.
Artikel ini membahas fenomena budaya menarik dari para penulis Hindu yang menulis elegi untuk mengenang Imam Husein (as) dan menampilkan tradisi campuran di India. Fenomena ini menyoroti integrasi budaya yang unik di India, di mana batas-batas agama menjadi kabur dalam ekspresi perasaan manusia pada umumnya dan pengorbanan spiritual.
Berikut adalah beberapa poin penting:
Penyelenggaraan Perayaan Muharram di India:
Muharram, khususnya hari kesepuluh (Asyura), diperingati secara luas di seluruh India bertepatan dengan kesyahidan Imam Husein (as).
Tradisi berkabung di bulan Muharram di India diyakini sama tuanya dengan munculnya Islam di subbenua tersebut.
Partisipasi umat Hindu pada bulan Muharram:
Banyak penyair Hindu telah menulis elegi yang mencerminkan perpaduan kepekaan agama Hindu dan Muslim.
Tradisi ini meluas dari wilayah Deccan hingga India Utara.
Para penulis elegi Hindu terkemuka:
Ram Rao (alias Saiva) dari Gulbarga dianggap sebagai penulis syair Hindu pertama.
Sekretaris Channu Lal Lakhnavi, yang menulis dengan nama "Tarab" dan "Dilgir".
Roop Kanwar Kumari, seorang wanita Kashmiri Pandit yang menggabungkan istilah Hindu Bhakti dengan istilah Persia.
Raja Balwan Singh, putra Maharaja Chait Singh dari Benares.
Beberapa penyair Hindu dan Sikh lainnya seperti Rajendra Kumar, Ram Bihari Lal 'Saba', Kunwar Mohinder Singh Bedi dll.
Urgensi budaya:
Tradisi ini merupakan sebuah contoh dari pentingnya kombinasi kebudayaan, di mana para penyair Hindu mengekspresikan kecintaan mereka kepada tokoh-tokoh Islam, dan menunjukkan bagaimana Muharram telah menjadi titik pertemuan persatuan umat Hindu dan Muslim di India.
Kedamaian:
Meskipun ada pertemuan akbar dan ekspresi emosi, Muharram di India secara umum berlangsung damai.
Pekerja sosial yang beragama Hindu dan Sikh sering membantu mengelola acara-acara ini. (HRY)