Menurut Iqna, pertemuan akademisi dari universitas-universitas Teheran berlangsung Senin sore, 14 April, dengan kehadiran Hossein Simaei Saraf, Menteri Sains, Riset dan Teknologi; Hujajtul Islam Wal-Muslimin Mostafa Rostami, Ketua Badan Perwakilan Pimpinan Tertinggi di Perguruan Tinggi; Presiden dan dewan rektor Universitas Teheran, serta sekelompok mahasiswa, staf, dan profesor universitas-universitas Teheran, di depan pintu masuk universitas.
Di awal acara dan setelah pembacaan ayat-ayat suci Alquran, Hossein Simaei Saraf berkata: "Selama puluhan tahun, rezim pembunuh anak dan kriminal telah melanggar semua norma dan peraturan hak asasi manusia, dan semua lembaga kemanusiaan dan negara-negara yang terinformasi mengutuk rezim yang menindas ini, tetapi mereka terus melanjutkan kejahatannya."
“Melanjutkan kejahatan ini meskipun ada kecaman dari masyarakat manusia menunjukkan bahwa sistem hak asasi manusia tidak efektif dan hubungan manusia tidak diwarnai oleh kepentingan kekuatan, jadi bangsa sendiri harus menjadi kuat,” imbuhnya.
Menteri Sains, mengisyaratkan bahwa genosida dan pembunuhan bayi adalah kejahatan paling kecil yang dilakukan oleh rezim kriminal Zionis. “Kejahatan rezim kriminal ini telah melukai perasaan seluruh umat manusia. Mungkin ini adalah pertama kalinya para pelajar Amerika dan Eropa berkumpul secara spontan setiap minggu untuk menentang semua penindasan dan kekejaman ini,” ucapnya.
Simaei Saraf menekankan bahwa gelombang kemarahan dan kebencian terhadap Israel telah menjadi global dan bahwa akademisi di seluruh dunia telah bangkit secara spontan. Ia menyatakan: “Sayangnya, pemerintah AS menekan akademisi dan mengeluarkan mahasiswa demi kebebasan berbicara dan berekspresi pendapat mereka. Tindakan ini datang dari negara yang mengaku menjunjung tinggi kebebasan berekspresi, tetapi mengabaikan hak-hak minimum mahasiswa”.
Ia juga merujuk pada serangan AS terhadap Yaman dan menyatakan: “Dalam serangan ilegal ini, seorang mahasiswa Yaman yang belajar di Universitas Amir Kabir tewas bersama keluarganya”.
Menteri Sains menyatakan: “Perlawanan rakyat Gaza telah membuat mesin perang yang bersenjata lengkap menjadi tak berdaya. Faktanya, perlawanan orang-orang yang tak berdaya telah membuat negara adikuasa itu tak berdaya dan membuat mereka kelelahan”.
Simaie Saraf menambahkan: “Rakyat Palestina telah membuktikan semangat mereka untuk identitas Palestina. Baik di Gaza atau di tempat lain di dunia, orang-orang ini telah menunjukkan bahwa mereka adalah sebuah bangsa. Tetapi Israel yang kriminal, dengan segala perlengkapannya, bukanlah sebuah negara dan tidak akan pernah menjadi sebuah negara”.
“Jika Israel menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa seratus kali lagi, ia tidak akan lagi memiliki legitimasi sebagai negara di mata opini publik dunia. Tetapi rakyat Palestina, meskipun tertindas selama hampir delapan dekade dan terusir ke seluruh penjuru dunia, tetaplah sebuah bangsa, dan bangsa ini akan menang atas mesin perang musuh,” imbuhnya.
Sebagai penutup, ia menekankan bahwa kami, para akademisi, punya kewajiban untuk mendukung negara ini. “Kami akan dengan senang hati dan bangga menyambut setiap profesor atau mahasiswa Palestina yang ingin menjadi anggota fakultas atau belajar di universitas-universitas Iran,” ucapnya.
Menurut IQNA, di bagian lain acara tersebut, presiden Universitas Shahid Beheshti juga menyampaikan pidato yang mengecam kejahatan rezim Zionis, dan kemudian pernyataan akhir pertemuan tersebut dibacakan. Penandatanganan petisi yang mengecam kejahatan rezim Zionis merupakan bagian lain dari acara tersebut. (HRY)
4276390