Menurut laporan IQNA, “Dari seluruh rumah ibadah termasuk rumah ibadah agama lain dan juga masjid seluruh dunia, kita yang paling pertama. Satu-satunya yang mendapatkan penghargaan dari World Bank itu,” ujar Prof Nasaruddin saat dihubungi Republika.co.id, Senin (11/7).
Awalnya, Prof Nasaruddin mengira penghargaan dari Bank Dunia itu biasa saja, sehingga dia pun tidak mempublikasikannya secara terbuka. Setelah pergi di Washinton, akhirnya dia pun diberitahu bahwa penghargaan dari Bank Dunia itu ternyata sangat bergengsi dan langka.
“Akhirnya saya sampaikan juga kepada Bapak Presiden kalau kita kemarin mendapatkan penghargaan luar biasa. Itu semua berkat bantuan presiden yang memberikan pemugaran. Karena, seandainya tidak ada renovasi kan belum tentu mendapatkan penghargaan itu,” ucap dia.
Prof Nasaruddin menuturkan, Masjid Istiqlal berhasil mendapat sertifikat Excellence in Design for Greater Efficiencies (EDGE) sebagai rumah ibadah dengan bangunan ramah lingkungan atau green building dari lembaga International Finance Corporation (IFC), yang merupakan anggota Bank Dunia.
Menurut Prof Nasaruddin, penghargaan itu diberikan kepada Istiqlal karena dinilai telah membantu memerangi perubahan iklim dan penurunan emisi karbon. “Kita termasuk masjid pertama emisi karbonnya yang sangat rendah. Itu ada angka-angkanya, diukur semua. Diam-diam ada yang mengukur kita ternyata,” ucapnya.
Renovasi Masjid Istilal secara signifikan mengurangi jejak karbon dengan penggunaan atap dan dinding luar hemat energi, penerangan dan ruang internal dan eksternal, smart energi meter, dan panel surya yang mencakup lebih dari 38 persen konsumsi listrik.
“Energi listrik kita saat ini menghemat 38 persen, karena kita menggunakan tenaga surya. Jadi nyala yang malam-malam itu di situ bukan PLN tapi melalui tenaga surya,” kata Prof Nasaruddin.
Selain itu, lanjut dia, air sisa wudhu juga tidak dibuang, tapi diampung dan diproses ulang di Istiqlal. Begitu juga sampah-sampah yang ada di Istiqlal juga didaur ulang untuk menghasilkan nilai ekonomi. Pembuangan terakhirnya nanti dijadikan pupuk tanaman yang berada di taman Istiqlal.
“Sampai sepiteng juga itu diproyek recycle (daur ulang), kemudian kotorannya itu menjadi gas untuk menyalakan lampu, kemudian juga dipakai masak. Anak-anak Istiqlal itu ya masaknya pakai gas,” jelas dia.
Kemudian, Prof Nasaruddin juga mengungkapkan proteksi keamanan yang dimiliki Masjid Istiqlal. Menurut dia, Istiqlal mampu mendeteksi tingkat kriminal yang ada di sekitar masjid, serta mampu mencegah insiden kebakaran.
“Jadi, Istiqlal menjadi masjid yang paling tinggi, paling bersih kemudian juga tidak ada aksiden. Selama Ramadhan tidak ada kecelakaan, karena sistem persiapannya itu ada pemadam kebakaran yang itu juga ditempatkan di dalam lingkungan masjid,” kata dia.
Menurut dia, pemadam kebakaran tersebut tidak hanya bertugas untuk memadamkan api, tapi juga mengantisipasi berbagai insiden lainnya. “Jadi kalau ada ular, kalau anak-anak tercebur di sungai, terjepit lift, konleting listrik , maka tugasnya pemadam kebakaran itu untuk memberikan pencegahan dini,” ujar Prof Nasaruddin.
Selain mendapat penghargaan dari Bank Dunia, menurut dia, ada juga dua laboratorium yang menilai Istiqlal sebagai satu-satunya masjid yang bebas Covid-19 di Jakarta. “Ada penilaian terakhir ini dua laboratorium yang pernah menguji pada masa pandemi, Istiqlal menjadi satu-satunya rumah ibadah atau masjid di Jakarta ini yang tidak ditemukan virus Corona,” jelas dia.
Dia menambahkan, dua lembaga penelitian itu sangat terkenal di Jakarta. Menurut dia, mereka juga meneliti ruang utama di Masjid Istiqalal dan hasilnya ternyata bebas Covid-19. “Mereka itu meneliti kenapa tempat wudhunya tidak ada virus Corona, Omicron maupun Delta? Di Ruang utamanya yang luas begitu juga gak ada,” katanya. (HRY)
Sumber: republika.co.id