IQNA

Akhlak Individu/ Hama Lisan 8

Tuhmah (Buruk Sangka) 1

15:32 - October 13, 2024
Berita ID: 3480912
IQNA – Tuhmah berasal dari kata Waham artinya mengungkapkan prasangka buruk yang telah merasuki hati seseorang. Setiap perilaku dapat diartikan dalam dua cara; kesan baik dan kesan buruk. Dalam tuhmah, seseorang memberikan kesan buruk terhadap perilaku, ucapan, atau keadaan orang lain.

Salah satu keburukan moral yang disebutkan dalam Alquran adalah "Tuhmah". Tuhmah kaum musyrik terhadap Nabi saw yang berkali-kali diungkapkan dengan jawaban Allah berupa ayat seperti “Siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan suatu kebohongan terhadap Allah” (QS. Al-An’am: 21) dan demikian juga skedul ayat-ayat seperti Ifk,

إِنَّ الَّذِینَ جَاءُوا بِالْإِفْک عُصْبَةٌ مِّنکمْ لَا تَحْسَبُوهُ شَرًّ‌ا لَّکم بَلْ هُوَ خَیرٌ لَّکمْ لِکلِّ امْرِ‌ئٍ مِّنْهُم مَّا اکتَسَبَ مِنَ الْإِثْمِ وَالَّذِی تَوَلَّى كِبْرَ‌هُ مِنْهُمْ لَهُ عَذَابٌ عَظِیمٌ* لَّوْلَا إِذْ سَمِعْتُمُوهُ ظَنَّ الْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بِأَنفُسِهِمْ خَیرً‌ا وَقَالُوا هَذَا إِفْک مُّبِینٌ

Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah kelompok di antara kamu (juga). Janganlah kamu mengira bahwa peristiwa itu buruk bagimu, sebaliknya itu baik bagimu. Setiap orang dari mereka akan mendapat balasan dari dosa yang diperbuatnya. Adapun orang yang mengambil peran besar di antara mereka, dia mendapat azab yang sangat berat.

Mengapa orang-orang mukmin dan mukminat tidak berbaik sangka terhadap kelompok mereka sendiri, ketika kamu mendengar berita bohong itu, dan berkata, “Ini adalah (berita) bohong yang nyata?” (QS. An-Nur: 11-12), yang berkaitan dengan beberapa peristiwa pada masa Nabi, termasuk di antara kasus-kasus yang telah dianalisis dalam Alquran tentang keburukan akhlak ini.

Tuhmah berasal dari kata Waham artinya mengungkapkan prasangka buruk yang telah merasuki hati seseorang. Setiap perilaku dapat diartikan dalam dua cara; kesan baik dan kesan buruk. Dalam tuhmah, seseorang memberikan kesan buruk terhadap perilaku, ucapan, atau keadaan orang lain. Deduksi ini kadang-kadang kembali ke perilaku itu sendiri, dalam arti bahwa perilaku itu sendiri dianggap tidak pantas dan tidak layak, dan kadang-kadang karakteristik yang tidak pantas dideduksi dari perilaku itu tanpa perilaku itu sendiri menjadi buruk dan tidak pantas; oleh karena itu, terkadang “Tuhmah” adalah tentang keburukan suatu perbuatan dan perilaku, dan terkadang tindakan dan perilaku tersebut dijadikan jembatan untuk mengaitkan suatu keburukan batin pada diri seseorang.

Tuhmah mempunyai batas yang erat dengan su’u dzan (berburuk sangka) dan Buhtan (dusta). Jika seseorang mempunyai deduksi buruk terhadap tingkah laku, ucapan atau suasana hati orang lain, namun deduksi tersebut hanya tersembunyi di dalam dirinya, ia tertimpa “su’u dzan”; tetapi jika dia mengungkapkan deduksi tidak pantasnya, perilakunya disebut “Tuhmah”; namun dalam perbedaan antara “Tuhmah” dan “Buhtan”, harus dikatakan bahwa dalam “Buhtan”, seseorang mengetahui bahwa orang yang memberikan penisbatan tidak pantas kepadanya, tidak melakukan kesalahan; namun karena tujuan dan keinginan hawa nafsu, seperti permusuhan, kebencian dan iri hati, sifat-sifat atau perilaku yang tidak pantas dinisbatkan kepadanya. Namun dalam Tuhmah, seseorang mempertimbangkan deduksinya dari perilaku orang lain dan menuduhnya; sedangkan dia tidak mengetahui bahwa perilaku tersebut bukan berasal dari dirinya. (HRY)

 

3490195

Kunci-kunci: Akhlak ، Individu ، Prasangka Buruk
captcha