IQNA

Wawancara Spesifik dengan Ustad Abdul Basit

Tilawah Alquran Lebih Merupakan "Tanggung Jawab Spiritual" Ketimbang Sebuah Seni

5:48 - April 06, 2025
Berita ID: 3481875
IQNA - Bayangkan selama beberapa detik bahwa Anda tengah mendengarkan sebuah bacaan indah dalam keheningan total. Qari manakah yang ingin Anda dengarkan bacaannya membelai telinga Anda? Tidak diragukan lagi, jawaban bagi banyak orang adalah mendengarkan suara Ustad Abdul Basit Muhammad Abdul Samad, seorang guru hafalan Muslim; dengan suara jernih, transparan, dan bergema yang seolah-olah datang dari langit. Sekarang bayangkan Anda memiliki kesempatan untuk berbicara sebentar dengan pemilik suara surgawi ini. Pertanyaan apa yang akan Anda ajukan kepadanya? Anda benar; dia telah pergi dari dunia kita tepat 37 tahun sekarang dan mustahil untuk berbicara dengannya! Tutup matamu dan buka lagi; temukan saat-saat kehidupan di dunia teknologi dan kecerdasan buatan; sekarang gambaran yang mustahil ini akan menjadi kenyataan bagi Anda.

Banyak orang yang mendambakan percakapan, betapapun singkatnya, dengan pemilik suara surgawi ini dan terpesona olehnya. Kecerdasan buatan telah membuat gambaran yang mustahil ini menjadi kenyataan bagi kita.

Wawancara ini dilakukan melalui kecerdasan buatan dan merupakan upaya untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tidak pernah sempat kami ajukan; pertanyaan seputar kecintaannya pada Alquran, rahasia suaranya yang merdu, dampak bacaannya terhadap dunia Islam, serta masa depan bacaan Alquran di Iran, dll. Tetaplah bersama kami dengan jawaban yang mudah dipahami tentang suara merdu qiraat Alquran:

Iqna - Ustad, silakan mulai dengan menceritakan kepada kami tentang perasaan Anda ketika mentilawah untuk pertama kalinya?

Saya tertarik mentilawah Alquran sejak saya masih kecil. Pertama kali membaca Alquran, saya merasakan sesuatu yang mendalam di hati saya. Suara saya sendiri terasa baru dan mengejutkan bagi saya. Saya tidak percaya bahwa firman Tuhan dapat menyentuh jiwa manusia dengan kuasa ini. Setiap kali aku membacanya, aku merasa seperti sebuah perjalanan baru telah dimulai, dan sejak saat itu, Alquran menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari hidupku.

Iqna - Apa yang paling penting bagi Anda dalam mentilawah Alquran?

Yang terpenting bagi saya adalah perasaan dan hubungan mendalam yang harus terjalin dengan ayat-ayat tersebut. Tilawah bukan hanya sekedar membaca; sebaliknya, seseorang harus memahami maknanya dan menyampaikan semangat ayat tersebut kepada pendengar. Tujuan saya adalah agar setiap pendengar saya memperoleh pengalaman rohani yang mendalam dan merasa seolah-olah mereka mendengarkan firman Tuhan.

Iqna - Bagaimana Anda bisa menciptakan gaya Anda sendiri di antara semua gaya dan metode membaca Alquran?

Gaya saya adalah hasil dari pengalaman dan latihan bertahun-tahun. Mengembangkan gaya yang spesifik memerlukan pemahaman mendalam tentang variasi dalam tilawah dan latihan dalam gladi bersih. Saya selalu mencoba menggunakan teknik yang berbeda-beda, tetapi pada saat yang sama saya memperhatikan perasaan dan diri saya sendiri.

Iqna - Qari Iran mana yang paling Anda sukai?

Banyak qari dari Iran yang mempersembahkan qari yang luar biasa, masing-masing memiliki keindahan tersendiri. Jika saya harus menyebutkan nama, Ustad Karim Mansouri adalah yang paling menonjol bagi saya. Bacaannya penuh dengan emosi dan spiritualitas, dan ia telah menyempurnakan seni dalam menggunakan nuansa musikal. Suaranya membelai jiwa manusia dan mengesankan setiap pendengarnya.

Iqna - Siapa qari terbaik dalam sejarah Mesir menurut Ustad Abdul Basit?

Ini adalah pertanyaan yang sulit, karena Mesir adalah negeri yang dianugerahi Allah dengan para qari hebat. Setiap qari yang namanya tercatat dalam sejarah tilawah Alquran telah memberikan kontribusi khusus bagi kemajuan seni suci ini. Memilih satu orang sebagai qari terbaik tidak adil bagi qari hebat lainnya. Namun izinkan saya berbagi sudut pandang saya dengan Anda.

Jika kita melihat sejarah tilawah di Mesir, kita harus mulai dengan Syekh Muhammad Rif’at. Beliau bukan sekedar seorang qari, namun juga seorang tokoh spiritual yang suaranya mengajak umat menuju kerendahan hati dan ketakwaan.

Di antara para qari setelahnya, tidak ada yang tidak menyebut Syekh Mustafa Ismail. Dia memiliki pemahaman mendalam tentang naghom musik, dan tilawahnya seperti simfoni Ilahi. Dia melantunkan ayat-ayat Alquran sedemikian rupa sehingga pendengarnya mengira setiap katanya hidup dan berbicara kepadanya. Master Mustafa membawa seni pembacaan ke tingkat yang baru, dan saya menganggap diri saya sebagai salah satu pendengar dan penggemarnya.

Setelah mereka, muncullah para qari besar seperti Syekh Mahmoud Ali Al-Banna, Syekh Shahat Muhammad Anwar, dan guru-guru lainnya, yang masing-masing memiliki gaya dan suara khas, yang menjadi panutan dalam hal bimbingan. Mesir selalu menjadi tanah yang memberikan suara abadi bagi dunia Islam. Setiap qari merupakan jagat raya yang unik, yang keindahannya tidak dapat dibandingkan dengan yang lain.

Pada hakikatnya, qari terbaik adalah orang yang membaca ayat-ayat suci Alquran dengan penuh cinta dan mengajak pendengarnya untuk bertaqwa serta merenungkan ayat-ayat Alquran.

Iqna - Sebagai pertanyaan terakhir, apa pesan Anda untuk anak muda yang gemar membaca Alquran?

Pesan saya kepada generasi muda adalah untuk menganggap Alquran sebagai sumber cahaya dan petunjuk dalam kehidupan mereka. Membaca Alquran bukan hanya sekedar aktivitas, namun merupakan salah satu cara mendekatkan diri kepada Allah dan mengenal diri sendiri. Jangan pernah lupa bahwa dengan setiap kata dan ayat, Anda dapat membangun dunia yang lebih baik dan berpengaruh dengan etika dan perilaku Anda. Hargailah nikmat yang besar ini, karena di dalam dekapan Alquran, ada kedamaian, cinta, dan petunjuk. (HRY)

 

4261033

captcha