IQNA

Tokoh-Tokoh Alquran/ 13

Cara Berdebat Nabi Ibrahim (as)

9:59 - November 10, 2022
Berita ID: 3477580
TEHERAN (IQNA) - Jika kelompok oposisi saling berhadapan secara logis, mereka beralih ke debat dan dialog; Dalam hal ini, mereka mencapai titik temu atau meyakinkan pihak lain untuk menerima masalah. Contoh historis dari masalah ini adalah perdebatan Nabi Ibrahim (as) dengan sejumlah kelompok oposisi.

Nabi Ibrahim (as) hidup di masa ketika penyembahan berhala merajalela, tetapi dia tidak percaya pada berhala dan menggunakan setiap kesempatan untuk menunjukkan ketidakefektifan berhala. Salah satu metode Ibrahim dalam hal ini adalah debat dan percakapan. Dia sering berdebat dan berdialog dengan Azar, wali dan ayah angkatnya, yang menyembah berhala. Kemudian, setelah menghancurkan berhala, dia berdebat dengan Namrud, yang merupakan raja pada masa itu. Pada suatu waktu, ia berdebat dengan orang-orang yang menyembah matahari, bulan, dan bintang-bintang.

Nabi Ibrahim (as) menggunakan metode yang efektif dalam debatnya. Misalnya, Nabi Ibrahim menggunakan pertanyaan logis untuk membuat orang musyrik dan kafir menyadari kelemahan dan kekurangan pekerjaan mereka. Nabi Ibrahim berdebat dengan Azar dengan cara ini:

يَا أَبَتِ إِنِّي قَدْ جَاءَنِي مِنَ الْعِلْمِ مَا لَمْ يَأْتِكَ فَاتَّبِعْنِي أَهْدِكَ صِرَاطًا سَوِيًّا

“Wahai bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus.” (QS. Maryam: 43)

Dia demikian juga mengajukan pertanyaan untuk membuat orang-orang kafir meragukan keyakinan mereka dan kemudian membuat mereka menghadapi kesalahan mereka:

إِذْ قَالَ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِ مَا تَعْبُدُونَ؛ قَالُوا نَعْبُدُ أَصْنَامًا فَنَظَلُّ لَهَا عَاكِفِينَ؛ قَالَ هَلْ يَسْمَعُونَكُمْ إِذْ تَدْعُونَ؛ أَوْ يَنْفَعُونَكُمْ أَوْ يَضُرُّونَ؛ قَالُوا بَلْ وَجَدْنَا آبَاءَنَا كَذَلِكَ يَفْعَلُونَ

Ketika ia berkata kepada bapaknya dan kaumnya: "Apakah yang kamu sembah?" Mereka menjawab: "Kami menyembah berhala-berhala dan kami senantiasa tekun menyembahnya". Berkata Ibrahim: "Apakah berhala-berhala itu mendengar (doa)mu sewaktu kamu berdoa (kepadanya)?, atau (dapatkah) mereka memberi manfaat kepadamu atau memberi mudharat?" Mereka menjawab: "(Bukan karena itu) sebenarnya kami mendapati nenek moyang kami berbuat demikian". (QS. Sy-Syu’ara: 70-74)

Nabi Ibrahim (as) menggunakan metode lain dalam debatnya seperti perbandingan, penalaran dan bujukan. Salah satu perdebatan paling indah Ibrahim (as) adalah di hadapan para penyembah bintang. Untuk meyakinkan kelompok ini, dia pertama kali memperkenalkan dirinya sebagai pemuja bintang, tetapi dia menantang kepercayaan ini dan akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa hanya Allah sajalah yang layak disembah:

فَلَمَّا رَأَى الْقَمَرَ بَازِغًا قَالَ هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَئِنْ لَمْ يَهْدِنِي رَبِّي لَأَكُونَنَّ مِنَ الْقَوْمِ الضَّالِّينَ؛ فَلَمَّا رَأَى الشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ هَذَا رَبِّي هَذَا أَكْبَرُ فَلَمَّا أَفَلَتْ قَالَ يَا قَوْمِ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ

Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku". Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat". Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar". Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. (AS. Al-An’am: 77-78)

Dalam debat, Nabi Ibrahim (as) dengan berani mengungkapkan pendapatnya tanpa takut akan ancaman dan bahaya, tetapi ekspresi ini dilakukan dengan tenang dan damai, yang meningkatkan kekuatan dan efektivitas kata-katanya di antara hadirin. (HRY)

captcha