Terkait dengan kajian metode perjuangan Imam Sajjad (as) pasca peristiwa Asyura sebagai seorang pemimpin yang meneruskan jalan gerakan Syiah dengan metode yang berbeda dari perjuangan bersenjata, namun sangat efektif, kami melakukan perbincangan dengan Hujjatul Islam Yahya Asghari, seorang guru besar universitas sekaligus pimpinan Yayasan Nahjul Balaghah dan Sahifah Sajjadiyah di kota Khomeini Shahr, yang detailnya dapat Anda baca di bawah ini.
Iqna - Setelah peristiwa Asyura, Imam Sajjad (as) memegang peranan penting dalam memastikan keberlangsungan jalan Syiah. Nampaknya gaya perjuangannya berbeda dengan para Imam sebelumnya. Mohon penjelasan tentang perubahan ini dan gaya perjuangan Imam Sajjad (as)?
Masa keimamahan Imam Sajjad (as) bertahan selama kurang lebih 35 tahun. Dengan strategi menjaga kebangkitan dan risalah Asyura, Imam berusaha menjaga risalah Abu Abdillah al-Husein (as) agar tetap hidup melawan propaganda munafik Bani Umayyah. Bani Umayyah berusaha memperkenalkan Imam Husein (as) sebagai orang yang memberontak terhadap agama dan membuat kesyahidannya tampak seperti kesimpulan yang sudah pasti. Sebaliknya, Imam Sajjad (as) mengklarifikasi fakta bagi orang-orang dengan khotbah-khotbahnya yang kuat di Kufah, Suriah, dan Madinah. Di antara tindakannya adalah menangisi para syuhada Karbala, bersujud di turbah Sayyidus Syuhada (as), menekankan ziarah Imam Husein (as), menyebut para syuhada saat minum air dan memegang cincin ayahnya yang mulia.
Semua itu dilakukan dengan tujuan agar semangat jihad dan syahadah tetap hidup di tengah masyarakat. Setelah peristiwa Asyura, Imam Sajjad (as) bersama Sayyidah Zainab (as) membela kebenaran jalan Imam Husein (as) dan para syuhada Karbala di hadapan pengadilan atas penindasan Ibnu Ziyad dan Yazid. Tingkah laku mereka setelah peristiwa Asyura begitu mengesankan sehingga Yazid terpaksa menyalahkan Ibnu Ziyad dan rombongannya atas peristiwa besar ini dan melepaskan dirinya dari dosa tersebut.
Iqna - Setelah Asyura, Imam Sajjad (as) memulai perjuangan tanpa senjata, dan salah satu senjata utamanya adalah doa. Apa dampak sosial dan politik dari doa Imam Sajjad (as) terhadap masyarakat Muslim?
Imam Sajjad (as) menggunakan doa sebagai alat untuk menjelaskan ajaran agama, doktrin, moral, dan bahkan politik. Misalnya, doa para penjaga perbatasan memiliki implikasi politik dan sosial yang mendalam yang perlu ditangani lebih lanjut. Ia mengungkapkan konsep-konsep agama dalam bentuk doa dengan cara yang menembus hati dan menciptakan kesadaran. Selain itu, risalah Imam Sajjad (as) tentang hak adalah teks fikih dan moral yang panjang yang merinci hak-hak individu terhadap satu sama lain. Karya-karya ini merupakan upaya cerdas untuk memerangi inovasi dan penyimpangan yang ditanamkan oleh sistem kekhalifahan dalam masyarakat. (HRY)