IQNA

Apa Kata Alquran/ 18

Ayat Kekhalifahan dalam Alquran dan Penunjukan Pengganti Nabi Muhammad (saw)

15:38 - July 09, 2022
Berita ID: 3477022
TEHERAN (IQNA) - Ketika sebuah ayat dari surah Al-A'raf diturunkan kepada Nabi Muhammad (saw), yang merujuk pada kekhalifahan Harun menggantikan Nabi Musa (as), Nabi Muhammad memperkenalkan penerus kekhalifahannya dalam sebuah sabda terkenal, yang diulang-ulang dalam sumber-sumber hadis dari semua kelompok Islam.

Salah satu pembahasan penting dalam urusan pemerintahan agama adalah penentuan penguasa. Dalam kasus para nabi yang membentuk pemerintahan seperti Nabi Sulaiman, Nabi Allah duduk di kursi pemerintahan. Tetapi ketika Nabi Muhammad (saw) meninggal, siapa yang harus menggantikannya dalam hal pemerintahan?

Tempat ini, yang disebut khilafah, memiliki makna dalam kasus Nabi Muhammad, ketika ia mendirikan pemerintahan di Madinah. Tetapi Nabi telah memutuskan untuk menunjuk seorang pengganti untuk dirinya sendiri berdasarkan sebuah hadis terkenal, yang telah disebutkan berulang kali dalam sumber-sumber hadis dari semua kelompok Islam. Hadis ini terkait dengan salah satu ayat Alquran yang paling terkenal tentang Nabi Musa (as), yang tersohor dengan "Ayat Khilafah":

«وَوَاعَدْنَا مُوسَى ثَلَاثِينَ لَيْلَةً وَأَتْمَمْنَاهَا بِعَشْرٍ فَتَمَّ مِيقَاتُ رَبِّهِ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً وَقَالَ مُوسَى لِأَخِيهِ هَارُونَ اخْلُفْنِي فِي قَوْمِي وَأَصْلِحْ وَلَا تَتَّبِعْ سَبِيلَ الْمُفْسِدِينَ»

“Dan telah Kami janjikan kepada Musa (memberikan Taurat) sesudah berlalu waktu tiga puluh malam, dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh (malam lagi), maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya empat puluh malam. Dan berkata Musa kepada saudaranya yaitu Harun: "Gantikanlah aku dalam (memimpin) kaumku, dan perbaikilah, dan janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakan”. (QS. Al-A’raf: 142)

Mengacu pada ayat khilafah, Nabi Muhammad (saw) berbicara kepada Ali bin Abi Thalib dan bersabda: «أنتَ مِنِّی بِمَنزِلَةِ هَارُونَ مِن مُوسَی إلا أنَّه لانَبیَّ بَعدِی», “Kedudukanmu denganku seperti kedudukan Harun dengan Musa. Hanya saja tidak ada nabi setelahku?”

Sabda ini disebutkan beberapa kali oleh Nabi Muhammad (saw), tetapi yang paling terkenal adalah saat peristiwa Tabuk pada tahun ke-9 Hijriah (631 M), yaitu Nabi menunjuk Imam Ali (as) sebagai penggantinya di Madinah, sebelum beliau bergerak menuju wilayah tersebut, serta mempercayakan pengelolaannya kepadanya. Mengingat jauhnya wilayah Tabuk dan kemungkinan gerakan berbahaya orang-orang munafik tanpa kehadiran Nabi Islam (saw), suksesi Imam Ali (as) menjadi sangat penting. Namun terlepas dari pilihan ini, pernyataan Nabi Muhammad (saw) tentang keutamaan Imam Ali (as) sedemikian rupa sehingga menunjukkan bahwa maksud Nabi Muhammad adalah sejenis suksesi khusus dan tertentu yang tidak terulang dalam kasus orang lain di antara para sahabat Nabi.

Riwayat ini, bersama dengan peristiwa Ghadir Khum, yang mengisyaratkan pada kewilayahan Imam Ali (as), sangat perlu diperhatikan, karena pertama-tama, riwayat tersebut didengar dari Nabi (saw) dalam berbagai kesempatan, yang paling penting di antaranya adalah dalam pertempuran Tabuk. Kedua, kalimat-kalimat hadis ini dengan jelas mengaitkan semua urusan Nabi kecuali menjadi nabi dengan Ali bin Abi Thalib, dan beliau tidak pernah mencabutnya sampai hari wafatnya, dan posisi ini selalu berlanjut untuk Imam Ali (as).

Ibn Asakir meriwayatkan hadis ini dalam 144 jalan dalam bukunya Tarikh Madinah Dimasyq, dan ulama lain bernama Nasa'i meriwayatkan dalam 33 jalan dengan perawi yang berbeda. (HRY)

berita-berita terkait
captcha